Penyebar Isu Penyerangan Ulama Diburu
JAKARTA.Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri memburu penyebar informasi menyesatkan/ hoax tentang penyerangan terhadap pemuka agama, termasuk ulama.
Polri menyinyalir, informasi menyesatkan itu untuk memecah belah kerukunan antarumat beragama yang telah terjalin dengan baik.
Kabareskrim Komjen Ari Dono Sukmanto mengungkapkan, tim penyelidik tengah melacak dan merunut sumber hoax yang telah berkembang di masyarakat. Penyidik mengidentifikasi otak penyebaran hoax.
"Pasti akan terungkap. Saat ini, kami dalami terus para penggoreng isu itu," ujarnya di Gedung Bareskrim Polri, Rabu (212).
Dia menjelaskan, informasi yang menyesatkan ditebar untuk menimbulkan kecurigaan terhadap sesama masyarakat yang berujung pada perpecahan persatuan.
Selain itu, isu kontaproduktif dengan permasalahan yang sesungguhnya.
"Jangan terpancing provokasi," pintanya.
Ari menjelaskan, kasus penyerangan terhadap sejumlah ulama di beberapa daerah tidak saling terkait.
Kasus itu pidana murni dengan modus dan motif berbeda. "Kasusitu murni kriminal."
Dia meminta masyarakat tidak terjebak dan mengembangkan opini-opini kasus itu yang justru mengakibatkan keresahan.
Masyarakat diharapkan mempercayakan sepenuhnya penanganan kasus kepada kepolisian.
Hal itu diungkapkan Kapolda Jateng Irjen Condro Kirono setelah membuka Rakernis Intelkam TA 2018 dengan tema "Intelkam Polda Jateng Siap Melaksanakan Deteksi Aksi Guna Mereduksi Gangguan Kamtibmas Dalam Rangka Menghadapi Pilkada Serentak" di Hotel Patrajasa Semarang, Rabu (212)
"Kami bersinergi dengan Dinas Sosial (melakukan) operasi orang gila di Cilacap, Kebumen dan Solo.Ada 20 yang didapat," kata Condro.
Hal yang memicu razia orang gila adalah fenomena penyerangan tokoh agama yang dilakukan penderita sakitjiwa.
Salah satunya di Lamongan, Jawa Timur. Seorang pria menyerang pengasuh Ponpes Muhammadiyah di Karangasem, Lamongan.
Condro menegaskan,jajaran Intel Polda Jateng juga diperintahkan memperlkuat deteksi dini agar peristiwa serupa tidak terjadi di Jawa Tengah.
Langkah yang dilakukan, pendekatan ke-tokoh agama. Selanjutnya mendatangi pondok pesantren.
"Pejabat Polda Jhteng bersilaturahmi ke ulama. pendeta. dan sebagainya. Misal (untuk muslim). bermalam di pondok pesantren. tabligh akbar dan shalat Subuh berjamaah,ikut ke pondok dan masjid."jelas Condro.
Hasil deteksi dini. Pilkada di Jawa Tenoah masih kondusif. Namun Condro meminta anggota tidak lengah agar tidak ada provokasi menggunakan unsur unsur tersebut.
"Kami tidak ingin ada provokasi dengan isu aoama. Hasil dctcksi. di Jateng kondusif aman." tegasnya.
Terpisah, menyikapi penyeranoan terhadap ulama, Ketua MUI Jabar Rachmat Syafei menyebut kejadian tersebut tak perlu ditanggapi secara berlebihan. Apalagi sampai mcnimbulkan ketakutan.
Hal itu diungkapkan Rachmat Syafei setelah acara Silaturahmi MUI dengan DKM SeJabar untuk Mewujudkan Jabar Kondusif Dalam Pelaksanaan PilgubPilkada Serentak: Menolak Politik Uang dan Politisisasi SARA di Bandung.
"Justru jangan takut,meski kita tetap mengedepankan kewaspadaan, waspada saja, dengan tetap mencermati kondisi di sekitar lingkungan," katanya.
Menurut dia, kabar penyerangan harus dipilah lagi dengan seksama. Pasalnya, ada peristiwa yang memang benar-benar terjadi. Ada pula kabar penyerangan sebatas hoax.
Polri menyinyalir, informasi menyesatkan itu untuk memecah belah kerukunan antarumat beragama yang telah terjalin dengan baik.
Kabareskrim Komjen Ari Dono Sukmanto mengungkapkan, tim penyelidik tengah melacak dan merunut sumber hoax yang telah berkembang di masyarakat. Penyidik mengidentifikasi otak penyebaran hoax.
"Pasti akan terungkap. Saat ini, kami dalami terus para penggoreng isu itu," ujarnya di Gedung Bareskrim Polri, Rabu (212).
Dia menjelaskan, informasi yang menyesatkan ditebar untuk menimbulkan kecurigaan terhadap sesama masyarakat yang berujung pada perpecahan persatuan.
Selain itu, isu kontaproduktif dengan permasalahan yang sesungguhnya.
"Jangan terpancing provokasi," pintanya.
Ari menjelaskan, kasus penyerangan terhadap sejumlah ulama di beberapa daerah tidak saling terkait.
Kasus itu pidana murni dengan modus dan motif berbeda. "Kasusitu murni kriminal."
Dia meminta masyarakat tidak terjebak dan mengembangkan opini-opini kasus itu yang justru mengakibatkan keresahan.
Masyarakat diharapkan mempercayakan sepenuhnya penanganan kasus kepada kepolisian.
Gelar Razia
Sementara itu, Polda Jateng memperketat deteksi dini termasuk razia orang gila.Hal itu diungkapkan Kapolda Jateng Irjen Condro Kirono setelah membuka Rakernis Intelkam TA 2018 dengan tema "Intelkam Polda Jateng Siap Melaksanakan Deteksi Aksi Guna Mereduksi Gangguan Kamtibmas Dalam Rangka Menghadapi Pilkada Serentak" di Hotel Patrajasa Semarang, Rabu (212)
"Kami bersinergi dengan Dinas Sosial (melakukan) operasi orang gila di Cilacap, Kebumen dan Solo.Ada 20 yang didapat," kata Condro.
Hal yang memicu razia orang gila adalah fenomena penyerangan tokoh agama yang dilakukan penderita sakitjiwa.
Salah satunya di Lamongan, Jawa Timur. Seorang pria menyerang pengasuh Ponpes Muhammadiyah di Karangasem, Lamongan.
Condro menegaskan,jajaran Intel Polda Jateng juga diperintahkan memperlkuat deteksi dini agar peristiwa serupa tidak terjadi di Jawa Tengah.
Langkah yang dilakukan, pendekatan ke-tokoh agama. Selanjutnya mendatangi pondok pesantren.
"Pejabat Polda Jhteng bersilaturahmi ke ulama. pendeta. dan sebagainya. Misal (untuk muslim). bermalam di pondok pesantren. tabligh akbar dan shalat Subuh berjamaah,ikut ke pondok dan masjid."jelas Condro.
Hasil deteksi dini. Pilkada di Jawa Tenoah masih kondusif. Namun Condro meminta anggota tidak lengah agar tidak ada provokasi menggunakan unsur unsur tersebut.
"Kami tidak ingin ada provokasi dengan isu aoama. Hasil dctcksi. di Jateng kondusif aman." tegasnya.
Terpisah, menyikapi penyeranoan terhadap ulama, Ketua MUI Jabar Rachmat Syafei menyebut kejadian tersebut tak perlu ditanggapi secara berlebihan. Apalagi sampai mcnimbulkan ketakutan.
Hal itu diungkapkan Rachmat Syafei setelah acara Silaturahmi MUI dengan DKM SeJabar untuk Mewujudkan Jabar Kondusif Dalam Pelaksanaan PilgubPilkada Serentak: Menolak Politik Uang dan Politisisasi SARA di Bandung.
"Justru jangan takut,meski kita tetap mengedepankan kewaspadaan, waspada saja, dengan tetap mencermati kondisi di sekitar lingkungan," katanya.
Menurut dia, kabar penyerangan harus dipilah lagi dengan seksama. Pasalnya, ada peristiwa yang memang benar-benar terjadi. Ada pula kabar penyerangan sebatas hoax.
0 Response to "Penyebar Isu Penyerangan Ulama Diburu"
Posting Komentar
Terimakasih mengirim komentar, Anda akan mendapat tanggapan dari kami secepatnya, Terimakasih.