Episode 18 - Jaman Donan Menjadi Cilacap
Untuk mengungkap sejarah Cilacap, tidak dapat lepas begitu saja dengan sejarah Banyumas yang jauh lebih tua apabila dibandingkan dengan Cilacap.
Sebelum Pemerintahan Hindia Belanda mulai ada di daerah Banyumas pada tahun 1831, daerah Banyumas telah ada pemerintahan Kabupaten sampai 12 kali Bupati dan daerah Banyumas berada di bawah Kasunanan Surakarta.
Bupati Banyumas yang ke XII adalah putra Raden Adipati Judanegara ke IV dari Ibu Raden Ayu Angger Talakrukmi yang bernama Bagus Gondokusumo dan kemudian hari menggantikan Raden Tumenggung Tedja Kusuma sebagai Bupati Banyumas yang ke XII dengan gelar Raden Adipati Judanegara V.
Ketika Gubernur Jendral Inggris Sir Stamford Raffles mengadakan perjalanan keliling Jawa serta singgah di Kabupaten Banyumas, Raden Judanegara V mengajukan permohonan untuk disampaikan kepada Kasunanan Surakarta, agar daerah Banyumas bisa berdiri sendiri sebagai Kasultanan, serta lepas dari kasunanan.
Setelah permintaan itu disampaikan oleh gubernur Jenderal Inggris Sir Stamford Raffles kepada sunan Surakarta, rupanya menjadi tidak berkenan.
Raden Adipati Judanegara V dipanggil ke Surakarta dan tidak diperkenankan kembali ke Banyumas.
Sesudah Bupati Banyumas Raden Adipati Judanegara V diberhentikan maka daerah Banyumas di bagi menjadi dua bagian, masing-masing Banyumas Kasepuhan dan Banyumas Kanoman.
Yang memegang pemerintahan di Banyumas Kasepuhan waktu itu Ngabehi Tjakrawedana I atau Ngabehi Gunung Pasir dengan Gelar Raden Tumenggung Tjakrawedana I.
Raden Tumenggung Tjakrawedana I merupakan putra Raden Adipati Tjakranegara Patih Dalem Pakubuwono IV dan saudara kandung dari Ibunda Pakubuwono IV.
Daerah kekuasaan Bupati Kasepuhan Banyumas meliputi daerah Adireja dengan Raden Tumenggung Dipajuda IV sebagai Tumenggung Kliwon.
Daerahnya juga termasuk Adipala yang dipimpin oleh Ngabehi Kertapraja yang tidak lama kemudian diberhentikan dari jabatannya karena dianggap tidak bisa memberikan kewajiban memberikan bulu bekti ke keraton Surakarta. Penggantinya adalah Raden Tjakrajuda putra Raden Dipajuda dan menantu Raden Adipati Tjakrawedana I. Pusat pemerintahan Adipala berada di daerah Patikraja (Sekarang sebuah daerah kecamatan di Kabupaten Banyumas)
Ketika pemerintahan di Adipala dihapuskan, dijadikan satu wilayah dengan Adireja di bawah pimpinan Dipajuda IV. Sedang daerah Purwokerto dipimpin oleh Raden Ngabehi Tjakradiredja, cucu dari Adipati Tjakrawedana I. Daerah kekuasaannya meliputi Kebumen, sebagian Banjarnegara yang diperintah oleh Raden Ngabehi Ranudiredja putra Raden Adipati Judanegara IV. Raden adipati Tjakranegara kemudian dipensiun pada tahun 1831 dengan uang pensiun sebesar 1000 Gulden.
Bupati atau Wedana Bupati Banyumas Kanoman adalah cucu dari Kyai Danureja I Patih Dalem Sultan Yogyakarta, yaitu raden tumenggung Mertadiredja bergelar Raden Adipati Bratadiningrat. Daerah kanoman Banyumas membawahi beberapa daerah antara lain Purbalingga dengan Raden Tumenggung Dipakusuma sebagai Tumenggung Kliwon yang meliputi daerah Sokaraja, Panjer dan sebagian daerah Bnjarnegara.
Pada jaman pemerintahan kedua Wedana bupati di Banyumas, baik Wedana Bupati Kasepuhan maupun Wedana Bupati Kanoman mempunyai kewajiban untuk sowan ke kraton surakarta pada tiap akhir bulan sapar dan menghadap secara bergiliran.
Ketika terjadi perang Diponegoro, beberapa daerah di Banyumas ternyata menjadi ajang atau arena peperangan yang antara lai di daerah Adireja dan Widarapayung.
Perang saudara yang terjadi pada waktu itu antara pasukan dibawah pimpinan Dipajuda IV dengan pasukan yang dipimpin oleh Raden Banyak Wide atau Raden Kertanegara Putra Raden Pandji Hendrajit bupati Talangpati di Surakarta.
Pasukan di bawah pimpinan Dipajuda IV pada saat terjadinya pertempuran berhasil memukul mundur pasukan lawannya sehingga pasukan lawan tersebut mundur dari sekitar daerah Adireja sampai di daerah Widarapayung. Sebagian pasukannya yang dikalahkan dan mundur itu sampai ke daerah Danasri Lor.
Beberapa waktu kemudian, Raden Banyak Wide melakukan serangan balasan dengan mengerahkan pasukannya yang lebih besar jumlahnya dari sebelumnya. Kekuatan pasukannya dipusatkan di daerah sekitar Karang Benda (Babakan).
Adireja sekarang merupakan sebuah desa di kecamatan Adipala. Danasri Lor sebuah desa di nusawungu, sedang Widarapayung adalah daerah di Kecamatan Binangun. Desa Karang Benda Babakan termasuk kecamatan Adipala dekat gunung Srandil.
Setelah perang Diponegoro berakhir tahun 1830, daerah Banyumas dan Bagelen (Kedu) dinyatakan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk memisahkan diri dari Kasunanan Surakarta dan berada di bawah kekuasaan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1831.
Daerah Banyumas kemudian dijadikan daerah Karesidenan (Residentie), sejak 1831 sesudah Jenderal Van De Kock mengadakan satu pertemuan di Sokaraja untuk menetapkan adanya pemerintahan Hindia Belanda di daerah Karesidenan Banyumas. Dibentuklah susunan Pemerintahan mulai dari Residen, Asisten residen, untuk mendampingi para Bupati sampai pada tingkat bawahnya lagi.
Padatahun 1831 daerah Karesidenan Banyumas membawahi lima Kabupaten masing-masing Ajibarang, Purbalingga, Purwakerta, Banjarnegara dan Majenang.
Sebelum Pemerintahan Hindia Belanda mulai ada di daerah Banyumas pada tahun 1831, daerah Banyumas telah ada pemerintahan Kabupaten sampai 12 kali Bupati dan daerah Banyumas berada di bawah Kasunanan Surakarta.
Bupati Banyumas yang ke XII adalah putra Raden Adipati Judanegara ke IV dari Ibu Raden Ayu Angger Talakrukmi yang bernama Bagus Gondokusumo dan kemudian hari menggantikan Raden Tumenggung Tedja Kusuma sebagai Bupati Banyumas yang ke XII dengan gelar Raden Adipati Judanegara V.
Ketika Gubernur Jendral Inggris Sir Stamford Raffles mengadakan perjalanan keliling Jawa serta singgah di Kabupaten Banyumas, Raden Judanegara V mengajukan permohonan untuk disampaikan kepada Kasunanan Surakarta, agar daerah Banyumas bisa berdiri sendiri sebagai Kasultanan, serta lepas dari kasunanan.
Setelah permintaan itu disampaikan oleh gubernur Jenderal Inggris Sir Stamford Raffles kepada sunan Surakarta, rupanya menjadi tidak berkenan.
Raden Adipati Judanegara V dipanggil ke Surakarta dan tidak diperkenankan kembali ke Banyumas.
Sesudah Bupati Banyumas Raden Adipati Judanegara V diberhentikan maka daerah Banyumas di bagi menjadi dua bagian, masing-masing Banyumas Kasepuhan dan Banyumas Kanoman.
Yang memegang pemerintahan di Banyumas Kasepuhan waktu itu Ngabehi Tjakrawedana I atau Ngabehi Gunung Pasir dengan Gelar Raden Tumenggung Tjakrawedana I.
Raden Tumenggung Tjakrawedana I merupakan putra Raden Adipati Tjakranegara Patih Dalem Pakubuwono IV dan saudara kandung dari Ibunda Pakubuwono IV.
Daerah kekuasaan Bupati Kasepuhan Banyumas meliputi daerah Adireja dengan Raden Tumenggung Dipajuda IV sebagai Tumenggung Kliwon.
Daerahnya juga termasuk Adipala yang dipimpin oleh Ngabehi Kertapraja yang tidak lama kemudian diberhentikan dari jabatannya karena dianggap tidak bisa memberikan kewajiban memberikan bulu bekti ke keraton Surakarta. Penggantinya adalah Raden Tjakrajuda putra Raden Dipajuda dan menantu Raden Adipati Tjakrawedana I. Pusat pemerintahan Adipala berada di daerah Patikraja (Sekarang sebuah daerah kecamatan di Kabupaten Banyumas)
Ketika pemerintahan di Adipala dihapuskan, dijadikan satu wilayah dengan Adireja di bawah pimpinan Dipajuda IV. Sedang daerah Purwokerto dipimpin oleh Raden Ngabehi Tjakradiredja, cucu dari Adipati Tjakrawedana I. Daerah kekuasaannya meliputi Kebumen, sebagian Banjarnegara yang diperintah oleh Raden Ngabehi Ranudiredja putra Raden Adipati Judanegara IV. Raden adipati Tjakranegara kemudian dipensiun pada tahun 1831 dengan uang pensiun sebesar 1000 Gulden.
Bupati atau Wedana Bupati Banyumas Kanoman adalah cucu dari Kyai Danureja I Patih Dalem Sultan Yogyakarta, yaitu raden tumenggung Mertadiredja bergelar Raden Adipati Bratadiningrat. Daerah kanoman Banyumas membawahi beberapa daerah antara lain Purbalingga dengan Raden Tumenggung Dipakusuma sebagai Tumenggung Kliwon yang meliputi daerah Sokaraja, Panjer dan sebagian daerah Bnjarnegara.
Pada jaman pemerintahan kedua Wedana bupati di Banyumas, baik Wedana Bupati Kasepuhan maupun Wedana Bupati Kanoman mempunyai kewajiban untuk sowan ke kraton surakarta pada tiap akhir bulan sapar dan menghadap secara bergiliran.
Jaman Perang Diponegoro
Ketika terjadi perang Diponegoro, beberapa daerah di Banyumas ternyata menjadi ajang atau arena peperangan yang antara lai di daerah Adireja dan Widarapayung.
Perang saudara yang terjadi pada waktu itu antara pasukan dibawah pimpinan Dipajuda IV dengan pasukan yang dipimpin oleh Raden Banyak Wide atau Raden Kertanegara Putra Raden Pandji Hendrajit bupati Talangpati di Surakarta.
Pasukan di bawah pimpinan Dipajuda IV pada saat terjadinya pertempuran berhasil memukul mundur pasukan lawannya sehingga pasukan lawan tersebut mundur dari sekitar daerah Adireja sampai di daerah Widarapayung. Sebagian pasukannya yang dikalahkan dan mundur itu sampai ke daerah Danasri Lor.
Beberapa waktu kemudian, Raden Banyak Wide melakukan serangan balasan dengan mengerahkan pasukannya yang lebih besar jumlahnya dari sebelumnya. Kekuatan pasukannya dipusatkan di daerah sekitar Karang Benda (Babakan).
Adireja sekarang merupakan sebuah desa di kecamatan Adipala. Danasri Lor sebuah desa di nusawungu, sedang Widarapayung adalah daerah di Kecamatan Binangun. Desa Karang Benda Babakan termasuk kecamatan Adipala dekat gunung Srandil.
Setelah perang Diponegoro berakhir tahun 1830, daerah Banyumas dan Bagelen (Kedu) dinyatakan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk memisahkan diri dari Kasunanan Surakarta dan berada di bawah kekuasaan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1831.
Daerah Banyumas kemudian dijadikan daerah Karesidenan (Residentie), sejak 1831 sesudah Jenderal Van De Kock mengadakan satu pertemuan di Sokaraja untuk menetapkan adanya pemerintahan Hindia Belanda di daerah Karesidenan Banyumas. Dibentuklah susunan Pemerintahan mulai dari Residen, Asisten residen, untuk mendampingi para Bupati sampai pada tingkat bawahnya lagi.
Padatahun 1831 daerah Karesidenan Banyumas membawahi lima Kabupaten masing-masing Ajibarang, Purbalingga, Purwakerta, Banjarnegara dan Majenang.
Salam persaudaraan...
BalasHapusSaya Hizkia Soebyanto, tinggal di Ungaran,kab.Semarang. Tetapi asal kakek buyut berasal dari desa Krangean, kec.Karanganyar, Purbalingga,
Dari tulisan yg sdh saya baca, yg berhubungan dgn Donan, sangat menggelitik hati saya, utk saya mengajukan pertanyaan, atau permohonan bantuannya ,mungkin penulis memiliki data atau daftar tentang adioati adipati yg pernah memerintah atau menjabat di Donan.Seandainya ada ,kira nya sudi utk membagikan kepada saya. Kebetulan keluarga besar kami sedang menyusun sarasilah keluarga, nah kebetulan ada disebutkan atau tertulis adipati Donan, dalam urutan sarasilah keluarga kami.Sayangnya tidak disebutkan nama ,atau adipati ke berapa..
Demikian dari saya, atas bantuannya ,saya ucapkan banyak terima kasih.
Huzkia Soebyanto 081329092279